Selasa, 21 Juni 2011

MAO ZEDONG


MAO ZEDONG

Mao Zedong (lahir di Shaoshan, Hunan, 26 Desember 1893 – meninggal di Beijing, 9 September 1976 pada umur 82 tahun), adalah seorang tokoh filsuf dan pendiri negara Republik Rakyat Cina. Ia adalah salah satu terpenting dalam sejarah modern Cina[1].

MASA KECIL

Lahir di sebuah keluarga petani miskin, sejak kecil Mao harus bekerja keras dan hidup prihatin. Meskipun di kemudian hari keadaan ekonomi keluarganya meningkat, tetapi kesengsaraan di masa kecil itu banyak memengaruhi kehidupannya kelak[2].
Ketika kecil, Mao dikirim untuk belajar di sekolah dasar. Pendidikannya sewaktu kecil juga mencakup ajaran-ajaran klasik Konfusianisme. Tetapi pada usia 13 tahun, ayahnya menyuruhnya berhenti bersekolah dan menyuruhnya bekerja di ladang-ladang. Mao memberontak dan bertekad ingin menyelesaikan pendidikannya sehingga ia nekat kabur dari rumah dan melanjutkan pendidikannya di tempat lain. Pada tahun 1905, ia mengikuti ujian negara yang pada saat itu mulai menghapus paham-paham konfusianisme lama; digantikan oleh pendidikan gaya Barat. Hal ini menandakan permulaan ketidakpastian intelektual di Cina.
Pada tahun 1911, Mao terlibat dalam Revolusi Xinhai yang merupakan revolusi melawan Dinasti Qing yang berakibat kepada runtuhnya kekaisaran Cina yang sudah berkuasa lebih 2000 tahun sejak tahun 221 SM. Tahun 1912, Republik Cina diproklamasikan oleh Sun Yat-sen dan Cina dengan resmi masuk ke zaman republik. Mao lalu melanjutkan sekolahnya dan mempelajari banyak hal antara lain budaya barat. Pada tahun 1918 ia lulus dan lalu kuliah di Universitas Beijing. Di sana ia akan berjumpa dengan para pendiri PKT yang berhaluan Marxis.

MAO DAN PARTAINYA

Partai Mao didirikan pada tahun 1921 dan Mao semakin hari semakin vokal. Antara tahun 19341935 ia memegang peran utama dan memimpin Tentara Merah Cina menjalani “Mars Panjang”. Lalu semenjak tahun 1937 ia ikut menolong memerangi Tentara Dai Nippon yang menduduki banyak wilayah Cina. Akhirnya Perang Dunia II berakhir dan perang saudara berkobar lagi. Dalam perang yang melawan kaum nasionalis ini, Mao menjadi pemimpin kaum Merah dan akhirnya ia menangkan pada tahun 1949. Pada tanggal 1 Oktober tahun 1949, Republik Rakyat Cina diproklamasikan dan pemimpin Cina nasionalis; Chiang Kai Shek melarikan diri ke Taiwan.
Dalam PKT Mao sendiri sejak tahun 1943 adalah ketua sekretariat partai dan Politbiro tetapi sebenarnya ia mengontrol seluruh partai sampai ia mati pada tahun 1976. Mao Zedong adalah orang yang berani , tegas , dan adil.Dan semua jasat jasat kepahlawanan Mao akan terus dikenang oleh rakyat RRC .Ia adalah Pahlawan rakyat RRC.

FALSAFAH MAO

Mao sebenarnya bukan seorang filsuf yang orisinil. Gagasan-gagasannya berdasarkan bapak-bapak sosialisme lainnya seperti Karl Marx, Friedrich Engels, Lenin dan Stalin. Tetapi ia banyak berpikir tentang materialisme dialektik yang menjadi dasar sosialisme dan penerapan gagasan-gagasan ini dalam praktek seperti dikerjakan Mao bisa dikatakan orisinil. Mao bisa pula dikatakan seorang filsuf Cina yang pengaruhnya paling besar dalam Abad ke 20 ini.
Konsep falsafi Mao yang terpenting adalah konflik. Menurutnya: “Konflik bersifat semesta dan absolut, hal ini ada dalam proses perkembangan semua barang dan merasuki semua proses dari mula sampai akhir.” Model sejarah Karl Marx juga berdasarkan prinsip konflik: kelas yang menindas dan kelas yang tertindas, kapital dan pekerjaan berada dalam sebuah konflik kekal. Pada suatu saat hal ini akan menjurus pada sebuah krisis dan kaum pekerja akan menang. Pada akhirnya situasi baru ini akan menjurus kepada sebuah krisis lagi, tetapi secara logis semua proses akhirnya menurut Mao, akan membawa kita kepada sebuah keseimbangan yang stabil dan harmonis. Mao jadi berpendapat bahwa semua konflik bersifat semesta dan absolut, jadi dengan kata lain bersifat abadi. Konsep konflik Mao ini ada kemiripannya dengan konsep falsafi yin-yang. Semuanya terdengar seperti sebuah dogma kepercayaan. Di bawah ini disajikan sebuah cuplikan tentang pemikirannya tentang konflik.
Dalam ilmu pengetahuan semuanya dibagi berdasarkan konflik-konflik tertentu yang melekat kepada obyek-obyek penelitian masing-masing. Konflik jadi merupakan dasar daripada sesuatu bentuk disiplin ilmu pengetahuan. Di sini bisa disajikan beberapa contoh: bilangan negatif dan positif dalam matematika, aksi dan reaksi dalam ilmu mekanika, aliran listrik positif dan negatifa dalam ilmu fisika, daya tarik dan daya tolak dalam ilmu kimia, konflik kelas dalam ilmu sosial, penyerangan dan pertahanan dalam ilmu perang, idealisme dan materialisme serta perspektif metafisika dan dialektik dalam ilmu filsafat dan seterusnya. Ini semua obyek penelitian disiplin-disiplin ilmu pengetahuan yang berbeda-beda karena setiap disiplin memiliki konfliknya yang spesifik dan esensi atau intisarinya masing-masing.
Contoh-contoh yang diberikan oleh Mao Zedong mengenai 'konflik' dalam disiplin yang berbeda-beda diambilnya dari Lenin. Beberapa analogi memang pas tetapi yang lain-lain tidak. Bilangan-bilangan negatif dan positif merupakan sebuah contoh yang buruk mengenai dialektika marxisme karena perbedaan mereka tidak dinamis: hanya ada bilangan-bilangan negatif dan positif baru yang bermunculan. Pendapat Mao menjadi meragukan lagi apabila ia mengatakan bahwa 'konflik'-'konflik' ini merupakan 'intisari' daripada disiplin ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Bilangan negatif dan positif bukanlah intisari ilmu matematika, begitu pula metafisika dan dialektika bukanlah intisari dari filsafat. Mao adalah seseorang yang terpelajar dan pengertian-pengertiannya yang salah bisa diterangkan dari sebab ia sangat terobsesi dengan konsep konflik ini. Obsesi ini juga memengaruhi keputusan-keputusan politiknya seperti akan dipaparkan di bawah nanti.

Konsep Yin Yang memengaruhi pandangan falsafi Mao Zedong.
Konsep Mao kedua yang penting adalah konsepnya mengenai pengetahuan yang juga ia ambil dari paham Marxisme. Mao berpendapat bahwa pengetahuan merupakan lanjutan dari pengalaman di alam fisik dan bahwa pengalaman itu sama dengan keterlibatan.
Jika engkau mencari pengetahuan maka engkau harus terlibat dengan keadaan situasi yang berubah. Jika kau ingin mengetahui bagaimana sebuah jambu rasanya, maka jambu itu harus diubah dengan cara memakannya. Jika engkau ingin mengetahui sebuah struktur atom, maka engkau harus melakukan eksperimen-eksperimen fisika dan kimia untuk mengubah status atom ini. Jika engkau ingin mengetahui teori dan metoed revolusi, maka engkau harus mengikutinya. Semua pengetahuan sejati muncul dari pengalaman langsung.
Hanya setelah seseorang mendapatkan pengalaman, maka ia baru bisa melompat ke depan. Setelah itu pengathuan dipraktekkan kembali yang membuat seseorang mendapatkan pengalaman lagi dan seterusnya. Di sini diperlihatkan bahwa Mao tidak saja mengenal paham Marxisme tetapi juga paham neokonfusianisme seperti dikemukakan oleh Wang Yangmin yang hidup pada abad ke 15 sampai ke abad ke 16.

MAO DAN KEBIJAKAN POLITIKNYA

Mao membedakan dua jenis konflik; konflik antagonis dan konflik non-antagonis. Konflik antagonis menurutnya hanya bisa dipecahkan dengan sebuah pertempuran saja sedangkan konflik non-antagonis bisa dipecahkan dengan sebuah diskusi. Menurut Mao konflik antara para buruh dan pekerja dengan kaum kapitalis adalah sebuah konflik antagonis sedangkan konflik antara rakyat Cina dengan Partai adalah sebuah konflik non-antagonis.
Pada tahun 1956 Mao memperkenalkan sebuah kebijakan politik baru di mana kaum intelektual boleh mengeluarkan pendapat mereka sebagai kompromis terhadap Partai yang menekannya karena ingin menghindari penindasan kejam disertai dengan motto: “Biarkan seratus bunga berkembang dan seratus pikiran yang berbeda-beda bersaing.” Tetapi ironisnya kebijakan politik ini gagal: kaum intelektual merasa tidak puas dan banyak mengeluarkan kritik. Mao sendiri berpendapat bahwa ia telah dikhianati oleh mereka dan ia membalas dendam. Sekitar 700.000 anggota kaum intelektual ditangkapinya dan disuruh bekerja paksa di daerah pedesaan.
Mao percaya akan sebuah revolusi yang kekal sifatnya. Ia juga percaya bahwa setiap revolusi pasti menghasilkan kaum kontra-revolusioner. Oleh karena itu secara teratur ia memberantas dan menangkapi apa yang ia anggap lawan-lawan politiknya dan para pengkhianat atau kaum kontra-revolusioner. Peristiwa yang paling dramatis dan mengenaskan hati ialah peristiwa Revolusi Kebudayaan yang terjadi pada tahun 1966. Pada tahun 1960an para mahasiswa di seluruh dunia memang pada senang-senangnya memberontak terhadap apa yang mereka anggap The Establishment atau kaum yang memerintah. Begitu pula di Cina. Bedanya di Cina mereka didukung oleh para dosen-dosen mereka dan pembesar-pembesar Partai termasuk Mao sendiri. Para mahasiswa dan dosen mendirikan apa yang disebut Garda Merah, yaitu sebuah unit paramiliter. Dibekali dengan Buku Merah Mao, mereka menyerang antek-antek kapitalisme dan pengaruh-pengaruh Barat serta kaum kontra-revolusioner lainnya. Sebagai contoh fanatisme mereka, mereka antara lain menolak berhenti di jalan raya apabila lampu merah menyala karena mereka berpendapat bahwa warna merah, yang merupakan simbol sosialisme tidak mungkin mengartikan sesuatu yang berhenti. Maka para anggota Garda Merah ini pada tahun 1966 sangat membabi buta dalam memberantas kaum kontra revolusioner sehingga negara Cina dalam keadaan amat genting dan hampir hancur; ekonominyapun tak jalan. Akhirnya Mao terpaksa menurunkan Tentara Pembebasan Rakyat untuk menanggulangi mereka dan membendung fanatisme mereka. Hasilnya adalah perang saudara yang baru berakhir pada tahun 1968.

KEGAGALAN MAO

Pada tahun 1958 Mao meluncurkan apa yang ia sebut Lompatan Jauh ke Depan di mana daerah pedesaan direorganisasi secara total. Di mana-mana didirikan perkumpulan-perkumpulan desa (komune). Secara ekonomis ternyata ini semua gagal. Komune-komune ini menjadi satuan-satuan yang terlalu besar dan tak bisa terurusi. Diperkirakan kurang lebih hampir 20 juta jiwa penduduk Cina kala itu tewas secara sia-sia[3].

MAO ZEDONG DAN PBB

Mao Zedong memproklamasikan Republik Rakyat Cina pada tanggal 1 Oktober 1949.
Republik Rakyat Cina semenjak diproklamasikan oleh Mao pada tahun 1949 tidak diakui oleh Amerika Serikat. Amerika Serikat tetap mengakui Republik Nasionalis Cina yang semenjak tahun 1949 hanya menguasai pulau Formosa atau Taiwan dan sekitarnya. Cina yang sejak didirikannya PBB pada tahun 1945 sudah menjadi anggota Dewan Keamanan secara tetap bersama dengan Amerika Serikat, Britania Raya, Perancis dan Uni Soviet (Rusia) sebagai pemenang Perang Dunia II, tetap diwakili pula. Cuma yang mewakili adalah pemerintah nasionalis yang sekarang hanya memerintah Taiwan saja. Hal ini menjadi aneh sebab Cina daratan yang kala itu berpenduduk kurang lebih 800 juta jiwa tidak diwakili di PBB; yang mewakili hanya Taiwan saja yang kala itu berpenduduk mungkin tidak lebih dari 10 juta jiwa.
Maka pada akhir tahun 1960-an presiden Amerika Serikat, Richard Nixon, mulai mendekati Republik Rakyat Cina dan akhirnya dengan persetujuan Uni Soviet RRC menjadi anggota Dewan Keamanan PBB mulai tahun 1972 dan menggantikan Taiwan.

Warisan Mao dan Republik Rakyat Cina saat ini

Pada tahun 1976 Mao Zedong meninggal dunia. Setelah itu Republik Rakyat Cina menjadi semakin terbuka. Normalisasi hubungan diplomatik dengan Indonesia juga terwujud pada tahun 1992. Pada saat ini Cina tampil sebagai sebuah raksasa yang baru bangun dari tidurnya dan pertumbuhan ekonomi sangat pesat. Bahkan Cina bisa melampaui Rusia dalam perkembangannya. Hal yang dipertentangkan sekarang ialah apakah ini semua bisa diraih berkat jasa-jasa Mao atau karena pengaruhnya sudah tipis.

Runtuhnya pemerintahan islam di Andalusia


BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Pusat kekuasaan Islam adalah Spanyol Selatan atau Andulusia. Nama Andalusia berasal dari          istilah Al-Andalus yang digunakan oleh orang Arab, berasal dari orang-orang Vandal yang telah menetap di wilayah ini. Stabilitas pada Muslim Spanyol terwujud pada pembentukan Bani Umayyah Andalusia, yang berlangsung tahun 756 hingga 1031.Yang berjasa adalah Amir Abd al-Rahman, yang mampu menyatukan berbagai kelompok-kelompok Muslim yang telahmenaklukka Spanyol untuk bersama-sama menguasainya.                                           Pada tahun 711 pasukan Muslim datang ke Spanyol dan dalam tujuh tahun menaklukkan Semenanjung Iberia.Ini lalu menjadi salah satu peradaban Islam yang besar; mencapai puncaknya pada Khalifah Umayyah Cordoba pada abad ke-10.Kekuasaan Muslim menurun setelah itu dan berakhir pada tahun 1492 ketika Granada ditaklukkan.Jantung kekuasaan Islam adalah Spanyol Spanyol atau Andulusia. Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir di sana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad. Sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol itu dapat dibagi menjadi enam periode, yaitu: Sejarah Perkembangan Islam di Spanyol
B.Masalah
1.Apa saja faktor yang menyebabkan runtuhnyan Pemerintahan Islam di Andalusia ?
2.Bagaimana kisah akhir dari kekuasaan islam di Andalusia ?
C.Tujuan
1.Memahami Faktor runtuhnya Pemerintahan islam di Andalusia
2.Memahami kisah akhir dari kekuasaan islam di Andalusia

BAB II
PEMBAHASAN
A.Faktor yang menyababkan runtuhnya pemerintahan islam di Andalusia
            Ada beberapa hal yang menyebabkan runtuhnya pemerintahan islam di andalusia di antaranya adalah faktor intern (dalam) dan ekstern (luar),
a. Faktor dari dalam (intern)
1. Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan
              Dalam hal ini menyebabkan terjadinya persaingan tidak sehat di antara kalangan keluarga istana. Yaitu perebutan kekuasaan di antara ahli waris. Dan Ketika kekhalifahan Hisyam ibn Hakam, timbulnya perselisihan di kalangan pejabat tinggi Negara dan orang istana, sehingga terpecah menjadi dua kelompok; kelompok militer yang didominasi oleh Slav dan kelompok sipil dengan tokohnya al-Hajib al-Mansur yang didukung oleh menterinya.
                Oleh karena itu, mereka berpendapat bahwa kekhalifahan sebaiknya diserahkan kepada pamannya Hisyam, al-Mughirah ibn Abdurrahman al-Natsir. Sementara kelompok sipil mengharapkan kekhalifahan dipegang oleh Hisyam, agar kendali pemerintahan tetap dipegangn oleh para penguasa bersama khalifah Hisyam kecil itu. Dari perdebatan tersebut menyebabkan terbunuhnya al-Mughirah yang diduga pembunuhnya dari pihak sipil.
Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ketangan Ferdinan dan Isabella, di antaranya juga disebabkan permasalahan ini. Dari perselisihan tersebut memberikan peluang bagi mereka untuk melancarkan serangan mereka.
2. Tidak adanya ideologi pemersatu
                Dengan ini terjadi konflik politik, sehingga timbulnya kelompok oposisi. Persaingan terjadi antara Arab Utara dengan Arab Selatan, di samping itu pula timbulnya kerajaan kecil (Muluk al-Thawaif), mengakibatkan terjadi pemberontakan dimana-mana dan pengacauan politik. Kelompok tersebut mengadakan pemberontakan yang berdampak bagi stabilitas politik kekuasaan islam di Spanyol.
                Kalau di tempat-tempat lain para muallaf diperlakukan sebagai orang Islam yang sederajat, di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi. Setidak-tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka masih memberi istilah 'ibad dan muwalladun kepada para muallaf itu, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan.
3. Para penguasa islam cukup puas dengan menerima upeti dan tidak melakukan islamisasi secara sempurna
                Tidak hanya itu dilakukan pemerintahan tersebut akan tetapi ketika melakukan islamisasi membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat kebiasaan orang nasrani.
Akibatnya dengan kehadiran bangsa Arab menimbulkan rasa iri dan membangkitkan rasa kebangsaan bangsa spanyol yang Kristen. Berbagai usaha yang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab itu, untuk berupaya semaksimal mungkin untuk mengadu domba sesama muslim.
b. Faktor dari luar (ekstern)
1. Timbulnya semangat orang-orang Eropa untuk menguasai kembali Andalusia
                Hal ini merupakan keinginan bangsa Eropa yang sudah lama terpendam, mereka ingin merebut kembali tanah air mereka dari tangan penguasa muslim. akan tetapi keinginan mereka masih belum terlaksana, karena islam pada waktu itu mempunyai kekuatan besar. Ketika kekuatan islam melemah, ini merupakan kesempatan emas bagi sekelompok komunitas yang tidak senang dengan kedatangan islam. Beberapa daerah belum dikuasai Islam
                 Penyebab keruntuhan dan kehancuran kekuasaan islam di Andalusia disebabkan ada beberapa daerah yang belum diduduki sepenuhnya waktu ekspansi islam seperti daerah Galicia. Daerah tersebut menjadi pusat Kristen. Yang kemudian berdirinya kerajaan Castile dan Aragon yang menjadi basisnya Kristen untuk menyerang kaum muslim dalam rangka menguasai wilayah kekuasaannya.
                 Daerah tersebut dijadikan benteng pertahanan, pelatihan dan sekolah siasat yang dipersiapkan untuk perlawanan dikemudian hari, dan dari benteng tersebut dikomando upaya untuk memecahkan belah persatuan dan kesatuan umat islam, bahkan sering menyerang saat ada kesempatan.
2. Konflik Islam dengan Kristen
                 Dalam pertempuran tersebut Ferdianan dan Isabella melibatkan diri bersama 5.000 peronil dengan mendengungkan perang suci.
Serangan ini dipelopori oleh raja Ferdinan dari Arogon dan Isabela dari Castila. Akibat konflik itu runtuhnya benteng Al-Hambra yang direbut oleh kristen. Dengan kemenangan mereka itu dari pihak Kristen merayakan kekalahan islam terakhir di spanyol, sebuah Hyne rasa syukur yang dinyanyikan di Cathedral St. Paul di London.
Granada saat itu semasa dinasti Nasr, yang dipimpin oleh Maula Ali Abi al-Hasan yang merasa cemas dengan kombinasi antara kerajaan Castile dan Aragon.
Sehingga terjadilah perang dingin dengan kaum Nasrani.
al-Hasan sendiri wafat, diracun oleh anaknya, Abdullah dan kekuasaan dipegang saudaranya, al-Zaghlul (al-Zaghal)
                Jatuhnya Granada ketangan Kristen, pendeta Kristen memberikan pilihan kepada umat muslim dan Yahudi, yakni pindah agama atau tinggal di wilayah itu. Dengan demikian “salib telah menyingkirkan bulan sabit”. Artinya adalah kekuasaan islam telah dikalahkan oleh kekuasan Kristen.
3. Kesulitan ekonomi
                Masa-masa runtuhnya islam ini, disebabkan para penguasa lebih mementingkan pembangunan, sehingga lalai membinaan perekonominan. Di samping itu pula diakibatkan oleh etnis-etnis non –Arab sering menjadi perusak dan menggrogoti perdamaian, sehingga mempengaruhi terhadap kondisi perekonomian.
                 Akibat dari pembangunan bidang fisik untuk keindahan kota dan peningkatan ilmu pengetahuan yang terlalu serius telah melalaikan pembangunan bidang perekonomian yang menjadi pendukung perekonomian persatuan dan kesatuan. Akibatnya perekonomian yang lemah itu, juga menyebabkan kondisi politik dan militer tak menentu.
B.Akhir Kekuasaan islam di Andalusia
                Pada pertengahan abab ke – 11 Posisi non-Muslim di Spanyol memburuk secara substansial, ketika para penguasa lebih ketat dan Islam datang di bawah tekanan besar dari luar.Orang Kristen tidak diizinkan memiliki rumah lebih tinggi daripada umat Islam, tidak boleh mempekerjakan pelayan Muslim, dan harus memberi jalan kepada umat Islam di jalanan.Orang Kristen tidak boleh menampilkan simbol-simbol iman mereka di luar, bahkan tidak boleh membawa Alkitab. Ada penganiayaan dan eksekusi. Salah satu peristiwa terkenal adalah pembunuhan terencana di Granada pada tahun 1066, dan ini diikuti dengan kekerasan dan diskriminasi lebih lanjut di mana kerajaan Islam itu sendiri berada di bawah tekanan. Bersamaan dengan mundurnya kerajaan Islam, dan lebih banyak wilayah yang diambil alih kembali oleh penguasa Kristen, orang Muslim di daerah Kristen menemukan diri mereka menghadapi tekanan-tekanan yang sama dengan yang sebelumnya mereka telah lakukan terhadap orang lain. Namun, secara keseluruhan, banyak kelompok agama minoritas akan menjadi lebih buruk setelah Islam digantikan di Spanyol oleh Kristen. Ada juga budaya aliansi, terutama dalam arsitektur - 12 singa di istana Al-Hambra adalah pengaruh Kristen.
Masjid di Cordoba, sekarang diubah menjadi katedral masih, agak ironis, yang dikenal sebagai La Mezquita atau secara harfiah, masjid. Masjid ini dibangun pada akhir abad ke-8 oleh pangeran Ummayyad Abd Al-Rahman bin Muawiyah. Di bawah pemerintahan Abdul Rahman III (r. 912-961) Islam Spanyol mencapai kekuasaan terbesarnya, setiap Mei, kampanye diluncurkan menuju perbatasan Kristen, ini juga merupakan puncak budaya peradaban Islam di Spanyol.
Runtuhnya kekuasaan Islam di Spanyol adalah karena tidak hanya meningkatkan agresi dari negara-negara Kristen, tapi juga melahirkan perpecahan di antara para penguasa muslim. Bencana itu datang baik dari pusat dan ekstremitas. Pada awal abad ke-11, kekhalifahan Islam satu-satunya telah hancur menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Pusat Islam besar pertama yang jatuh ke tangan Kristen adalah Toledo pada tahun 1085. Kaum muslimin membalas dengan pasukan dari Afrika di bawah Jenderal Yusuf bin Tasyfin yang mengalahkan orang-orang Kristen secara meyakinkan pada 1086, dan 1102 telah merebut kembali sebagian besar dari Andalusia. Secara umum mampu menyatukan kembali banyak Muslim Spanyol.
Itu tidak bertahan lama. Yusuf meninggal pada 1106, dan, salah satu sejarawan mengatakan, para “penguasa negara-negara Muslim mulai saling jagal satu sama lain lagi”.
Pemberontakan internal pada 1144 dan 1145 kemudian menghancurkan persatuan Islam, dan walaupun sesekali berhasil secara militer, dominasi Islam Spanyol itu berakhir untuk selamanya. Kaum muslimin akhirnya kehilangan semua kekuasaannya di Spanyol pada 1492. Oleh penguasa Kristen 1502 mengeluarkan perintah mengharuskan semua umat Islam masuk agama Kristen, dan ketika ini tidak berhasil, mereka memaksakan pembatasan brutal kepada Muslim Spanyol yang masih tersisa.






BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
               Demikian dua faktor yang mempengaruhi runtuhnya pemerintahan islam di andalusia yang dapat kami paparkan, bahwasanya konflik internal yang berujung perebutan kekuasaan terjadi di antara para pemimpin muslim. Umat Islam menjadi lemah. Akhirnya, Raja Ferninand dan isterinya Ratu Isabella berhasil menaklukkan kekuasaan Islam setelah Granada, benteng terakhir kaum muslimin di Andalusia, jatuh ke tangan bangsa Eropa yang kafir. Daulah Umayyah II juga mengalami keruntuhan akibat perebutan kekuasaan.
Meskipun penyebab terburuknya adalah serangan kaum Kristen, namun kondisi umat.Islam di Andalusia saat itu sedang melemah sedangkan kondisi umat Kristen berada dalam kemajuan yang pesat. Dan Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai kejayaannya di sana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan kemudian dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks.
Tapi pada abad ke – 10 M dunia Islam mulai menampakkan tanda-tanda kemunduran, begitu juga peradabannya. Kemunduran itu terjadi setapak demi setapak, sehingga pada pertengahan abad ke – 12 M, tibalah saatnya masa keruntuhan Islam                                        Mengakhirnya makalah ini kami tutup dengan sebuah ungkapan seorang sejarawan ia menyatakan “ orang muslim yang menyinari bangsa Goth di Spanyol selama berabad-abad yang membawa kemajuan yang luar biasa, kini tenggelam dalam kegelapan setelah mereka  mengusir islam secara total, bagaikan angsa yang selama ini menelorkan emas, dibunuh, maka berhenti telor emas. Yang dimaksud adalah kejayaan, kemajuan, peradaban, dan pembangaunan moril dan materiIslam memberi status eropa yang gelap menjadi maju, setelah islam lenyap bersama itu kemajuan dan pencerahan tenggelam pula dalam kegelapan”.